Siapa Yang Turun Pada Sepertiga Malam, Apakah Allah atau Malaikat?



Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yang yang memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no.1145 dan Muslim, no.758)

Apakah hadits diatas benar?. Mungkin banyak kaum muslim yang mengatakan demikian. Namun apakah Allah benar-benar turun?.

Dalam pemahamanku Allah tetap berada ditempat-Nya. Allah tidak turun dan tidak naik, tidak di dalam ruang atau tidak diluar ruang. Allah tidak dapat didefinisikan secara pemikiran fisik. Untuk memahami ujud Allah bisa dibaca di artikel sebelumnya DISINI

Untuk memahami makna turun mungkin kita bisa memahami dari cara kita memahami makna AVATAR, apa itu AVATAR? ===> BACA DISINI 

Berdasarkan sebuah analisa, hal itu mungkin jika yang turun adalah Malaikat, bukannya Allah. Seperti tertulis pada ayat-ayat dibawah ini :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS 41:30)

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an….” (QS 73:20)
 
Dalam surah Al Qadr, Malaikat turun pada malam kemuliaan sampai terbit fajar (QS 97.1-5)

Jika kata turun diatas merupakan kiasan "bukan turun secara fisik melainkan secara  kerahmatan" bisa saja hadits diatas benar, atau mungkin kata RABB seharusnya "RAHMAT".