Menurut seorang ulama Muslim Dr. Zakir, umat Hindu percaya pada apa yang disebut
Avtar. (Av) berarti Turun dan (Tr) berarti melewati. Jadi Avtar artinya
diturunkan atau diutus untuk turun. Sedangkan menurut kamus Oxford,
dikatakan bahwa menurut Mythology Hindu Avtar berarti Tuhan/Dewa yang
turun atau Ruh yang keluar turun ke bumi dalam bentuk manusia.
Kebanyakan orang Hindu percaya bahwa Avtar itu berarti Tuhan yang turun
ke dunia sebagai manusia (Mirip kepercayaan umat Kristen).
Dan konsep ini tertulis dalam Bhagawad
Gita Ch.4 V.7-8 yang mana dikatakan ketika agama telah dirusak, Bharata,
dan bangkitnya kebathilan, maka aku akan menjelmakan diri untuk
melindungi kebenaran dan untuk menghancurkan kejahatan, dan untuk
menegakkan yang benar, aku akan lahir pada setiap jaman. Hal seperti ini
juga disebutkan juga dalam Bhagawad Purana Khand 9; Adhyay 24; Shloka
56 yang artinya ketika kebenaran itu telah hancur dan perbuatan dosa
telah semakin merajalela saya akan menjelmakan diri.
Tapi konsep Avtar ini, seperti yang
dipercayai umat Hindu umumnya tidak ada secuilpun di dalam Weda. Padahal
Weda adalah Kitab Suci yang paling diagungkan dalam Kitab-kitab Hindu,
dan tidak boleh kitab-kitab yang lain bertentangan dengan Weda.
Karena itu para cendekiawan Hindu dalam
Weda mengatakan bahwa konsep Avtar yang dipercayai oleh kebanyakan orang
Hindu berbeda. Karena Avtar adalah kata yang melambangkan kepemilikan
Tuhan. Itu bukan berarti bahwa Tuhan sendiri yang Turun, tetapi
menunjukkan pada orang yang diutus Tuhan. Dan jika anda baca Weda, tak
ada konsep Avtar di dalam Weda. Tetapi Weda mengatakan tentang manusia
biasa (Resi) yang diutus Tuhan untuk membimbing umat manusia.
Hal ini lebih logis jika Avtar dipahami
sebagai utusan Tuhan bukan Tuhan. Mengapa?. Karena jika Avtar adalah
Tuhan maka dapat dipahami bahwa Tuhan turun untuk membasmi Tuhan lain.
Mari kita pahami lagi ayat Hindhu ini :
Dalam Bhagawad Gita Ch.4 V.7-8 yang
mana dikatakan ketika agama telah dirusak, Bharata, dan bangkitnya
kebathilan, maka aku akan menjelmakan diri untuk melindungi kebenaran
dan untuk menghancurkan kejahatan, dan untuk menegakkan yang benar, aku
akan lahir pada setiap jaman. Hal seperti ini juga disebutkan juga dalam
Bhagawad Purana Khand 9; Adhyay 24; Shloka 56 yang artinya ketika kebenaran itu telah hancur dan perbuatan dosa telah semakin merajalela saya akan menjelmakan diri.
Jelas bahwa ayat diatas mengindikasikan
ada Tuhan lain yang mengutus kebathilan, pengrusakan, kejahatan dll
sehingga Tuhan yang satunya harus Turun untuk membasmi. Padahal Tuhan
itu Maha Esa dan Pusat dari segala sesuatu.
AL-IKHLAS 112 : 1-4 [1]
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa [2] Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu [3] Dia tiada beranak dan tiada
pula diperanakkan [4] dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia
Itulah mengapa ketika ada kejahatan atau
kebathilan Allah mengutus para nabi, dan lewat para nabilah kejahatan
dan kebhatilan dimusnahkan. Lewat para nabilah Ajaran agama ditegakkan.
Mungkin ada suatu pertanyaan, apakah
lantas Allah tidak pernah membasmi kebhatilan dengan diri-NYA sendiri?.
Jelas pernah, ingat kisah nabi Luth, Nuh, Firaun dll, dimana Allah
sendiri yang menghancurkan mereka. Hal itu dilakukan setelah para utusan
Allah itu dinistakan. Tetapi Allah tidak perlu beravatar untuk
melakukannya. Karena akan bertentangan dengan Surah Al-Iklhas 112.
“…….padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat, dan semua langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya. ……. (QS. Az zumar 67)
Bahwa
alam semsesta dan seisinya adalah milik Allah, dan hal itu mudah bagi
Allah untuk menghancurkan suatu kaum. Lalu apakah ini juga berarti ada
Tuhan yang lain sehingga Allah pada akhirnya harus menghancurkan sendiri
meski tidak beravatar?. Tentu tidak, karena Allah adalah pencipta
segala sesuatu sekaligus penghancur segala sesuatu yang dikehendaki-NYA.
Kesimpulan
: Tidak ber-avatar-nya Tuhan lebih logis sebagai satu-satunya Tuhan
yang Esa. Karena Tuhan tetap ditempat-NYA tak tersentuh oleh manusia
baik secara pemikiran atau ujud kecuali sifat-NYA. Sedangkan kalau Tuhan
ber-avatar lebih logis sebagai Tuhan yang ada duanya. KarenaTuhan harus
turun kebumi dengan ujud tertentu dan berlaku seolah-olah Jenderal
lapangan yang seolah-olah menantang para Setan.
……..
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. 13:11)