Ahmadiyah Masih Percaya Wahyu Masih Turun

.




Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - Mesias dan Mahdi yang dijanjikan (as) Pendiri komunitas Muslim Ahmadiyah. Pada tahun 1891, ia mengklaim atas dasar wahyu Ilahi, bahwa ia adalah Mesias yang dijanjikan dan Mahdi yang kedatangannya telah dinubuatkan oleh Nabi Muhammad, Nabi Islam (damai dan berkah Allah atasnya) dan dinubuatkan oleh kitab suci agama lain . Klaimnya merupakan dasar dari keyakinan komunitas Muslim Ahmadiyah BACA DISINI
Masih dari sumber yang sama yaitu situs milik Ahmadiyah (kemungkinan resmi), yang artikelnya bisa anda baca DISINI, mereka percaya bahwa wahyu dari Allah masih turun dengan roh kudus-NYA. Bahwa selama ini para filsuf membuat gagasan yang tak bebas dari kesalahan. Selalu ada kesalahan dan selalu ditemukan solusi untuk membenarkan dan untuk membenarkan diperlukan wahyu.

Mereka menganggap bahwa setiap ide atau gagasan yang benar merupakan wahyu dari Tuhan. Seperti halnya jika ada penemuan yang baik dan berguna itu bisa saja hasil mendapat wahyu. Menurut mereka Maria ibu  Yesus tidak dianggap nabi tetapi menerima wahyu. Disini mereka beranggapan bahwa manusia biasa pun juga bisa mendapat wahyu. Jadi wahyu bukan monopoli nabi. Mengenai nabi perempuan bisa anda baca DISINI

Menurut mereka seperti halnya manusia jika lapar Allah memberikan makanan dan jika haus Allah memberikan minuman, maka untuk hal yang bersifat pertanyaan ruhani Allah juga memberikannya berupa wahyu. Dan hal ini berlangsung terus.

Tetapi kita tentu tahu bahwa yang dimaksudkan oleh kaum Ahmadiyah tersebut berlaku pada semua manusia. Apakah anda Kristen, Hindhu,Budha atau Atheis anda akan mendapat jawaban atas pemikiran jika anda mau. Maksudnya jika anda atheis pun anda bisa menemukan penemuan tertentu semisal sebuah pesawat, telepon atau sejenisnya yang berguna bagi kebutuhan fisik manusia. Lalu apakah bisa dihubungkan sebagai wahyu dari Tuhan?

Sebagian besar kaum Muslim berpendapat bahwa wahyu merupakan komunikasi dari Allah secara langusng atau melalui Malaikat. Jika anda sedang dalam kebingungan kemudian anda mendapat ide atau gagasan yang bisa menyelesaikannya apakah anda mendapat wahyu?. Disini perlu diperjelas lagi tentunya apakah ide dan gagasan yang diterima para Nabi sama tingkatannya dengan ide atau gagasan yang diterima oleh manusia lainnya.

Untuk memperjelas dan membedakannya kaum Muslim bisa mendasarkan diri pada Al-Quran dan Sunah. Al-Quran adalah wahyu dan Sunah (Hadits) adalah hasil pemikiran atas wahyu. Nah Sunah inilah yang sebenarnya setingkat dengan pemikiran Ahmadiyah bahwa Wahyu masih turun. Karena sampai sekarang jika tak ada dasar di Hadits maka ada ijtihad dari para ulama, untuk menentukan Ijtihad didasarkan dengan akal pemikiran yang terbaik yang pada prinsipnya tidak bertentangan dengan perintah Allah yaitu "menganjurkan yang baik dan mencegah yang buruk".

Sayangnya kaum Ahmadiyah sepertinya kurang berlandaskan dengan pemikiran ini (antara Al-Quran dan Hadits), sehingga jika kita memakai pemikiran Ahmadiyah maka Hadits pun bisa dianggap memiliki nilai Al Quran dan setingkat. Jadi ternyata masih terdapat kebingungan untuk menetapkan status dari ide atau gagasan yang menurut mereka suatu pencerahan (apakah itu tergolong wahyu?).

Jika kita memakai klasifikasi umat Islam umumnya dimana menurut mereka Wahyu hanya untuk nabi dan disampaikan secara langsung oleh Allah atau melalui Malaikat, dan berakhir pada Nabi Muhammad, maka mereka bisa mendefinisikan bahwa ide atau gagasan yang mereka dapat bukanlah wahyu hanya sebatas ilham. Seperti halnya anda mengatakan "saya terilhami oleh mereka" berarti karena mereka anda mempunyai pemikiran.

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah menjadikan rahmat menjadi seratus bagian. Dia menahan 99 bagian di sisi-Nya dan menurunkannya ke bumi satu bagian. Dari satu bagian itulah makhluk hidup saling mengasihi …” [HR. Muslim]

Hadits diatas bisa diterapkan untuk memahami pemikiran Ahmadiyah, bahwa wahyu masih turun. Berdasarkan hadits tersebut sebenarnya yang 1 persen itulah yang menjadi jawaban atas pertanyaan dalam sebuah penemuan, dan itu bukanlah wahyu. Tetapi ilham (terilhami). Maksudnya adalah bahwa sebenarnya Allah sudah memberikan petunjuk atas berbagai pertanyaan dan pemikiran di dunia ini, semua orang bisa mendapatkannya bila bersungguh sungguh. Sedangkan yang 98,999... persen masih ada di sisi Allah, dan sebagian kecil dari yang paling kecil sudah diwahyukan kepada para nabi-NYA.

Wahyu merupakan pokok pemikiran yang berasal dari Tuhan, dan berdasarkan wahyu tersebut timbulah banyak ilham yang merupakan perkembangan pemikiran. Jadi ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada sekarang timbul karena adanya ide-ide sebelumnya, dan ide-ide sebelumnya juga berasal dari pemikiran ide-ide sebelumnya juga yang berujung pada wahyu (pemikiran pertama). Dan semua ide utama berasal dari Kitab Suci. Dan wahyu di kitab suci sebelumnya masih bisa diulang di kitab suci berikutnya (diwahyukan kembali) dimana Al-Quran merupakan kitab suci terakhir. Bukti bahwa Al-Quran kitab terakhir bisa anda baca DISINI

Jadi wahyu bisa diibaratkan sebagai sumber utama, sperti halnya pada jaman dahulu matematika mungkin hanya sebatas "penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian" yang sangat sederhanya. Inilah sumber utama itu (wahyu) yang kemudian oleh ahli-ahli yang kemudian berkembang menjadi "Kalkulus, Algoritma, Aljabar, dan lain sebagainya" (ilham).