Nabi Muhammad Miskin atau Kaya?

RUMAH RASULULLAH

Nabi Muhammad Miskin atau kaya?. Ini mungkin menjadi sebuah pertanyaan bagi anda kaum muslimin. Mungkin di beberapa forum atau seminar atau di sekolah ada yang menggambarkan Rasulullah sebagai seorang yang miskin, sampai - sampai hanya punya rumah petak dan tidur hanya diatas dipan sederhana. Dilain pihak ada yang menggambarkan Rasulullah sebagai seorang pedagang kaya raya. Sehingga bagi kaum muslimin yang miskin selalu diinfokan bahwa nabi seorang yang miskin, dan karena ini banyak juga akhirnya kaum muslimin yang menjadikan kemiskinan sebagai bagian dari keimanan.

Di artikel ini tidak akan dibahas panjang lebar mengenai sejarah hidup Nabi Muhammad. Karena sudah bertebaran di dunia maya dengan berbagai versi. Di artikel ini hanya ingin meluruskan konsep hidup Nabi Muhammad.

Yang pertama adalah, itu adalah benar bahwa Nabi Muhammad seorang yang kaya, karena istrinya yang pertama yaitu Khadijah adalah seorang saudagar kaya, dimana dengan modal dari istri nya, Nabi Muhammad yang juga seorang pedagang yang jujur (karena inilah Khadijah mau menjadi istri nabi) bertambah kekayaannya. Namun seiring waktu nabi memahami bahwa syiar Islam butuh biaya yang besar. Yah mirip-mirip kalau sedang kampanye pileg atau pilpres lah. Saking besarnya Nabi masih meminta bantuan dari sahabatnya yang lain, semisal Usman bin Affan.

Nah anda sebagai muslim pasti tahu dahsyatnya hasil dari sebuah kampanye. Kita misalkan saja kampanye umat Kristen yang sering diidentikkan oleh kaum muslimin sebagai Kristenisasi. Bukan rahasia umum bahwa Kristenisasi khususnya  Indonesia (dari banyak sumber) didukung banyak dana. Dan hasilnya hanya karena kebutuhan sehari hari dicukupi banyak saudara muslim yang rela pindah akidah. Bukannya ingin menyamakan kampanye Islamisasi jaman nabi dengan Kristenisasi, tetapi satu hal yang pasti bahwa kekuatan ekonomi memiliki dampak yang cukup besar.

Bagi masyarakat yang secara akidah tidak kuat (dalam arti belum memahami mana akidah yang benar) maka ajaran kasih lewat perhatian ekonomi (kecukupan hidup sehari-hari), bisa memunculkan pikiran bahwa agamanya juga benar.

Maksudnya begini. Anda mempunyai agama A, nah anda ingin seseorang yaitu misalnya Joko masuk agama A.  Untuk memahami agama A mungkin Joko belum sampai, karena si Joko secara akidah masih bingung, dan untuk mempelajari kitabnya juga mungkin susah karena susah memahami atau mungkin beda bahasa. Nah terkadang ada orang yang melihat isi kitab dari bentuk fisiknya. Yaitu tadi, pemeluk agamanya ramah, sering memberi bantuan hidup sehari-hari dan lainnya.

Nah Nabi Muhammad tentu sadar akan hal itu, bahwa untuk menarik masyarakat untuk masuk Islam salah satunya dengan menunjukkan bahwa Islam itu Rahmatan Lil Alamin (rahmat semesta alam). Sehingga perlu biaya yang besar.

Nah Nabi Muhammad lebih mengutamakan untuk menyedekahkan kekayaannya demi tegaknya Islam, sehingga lebih memilih hidup sederhana daripada hidup dalam kemewahan. Bukan berarti memilih hidup miskin. Nabi bukan memiskinkan diri. Tapi hidup sederhana. Hidup sederhana berarti hidup cukup untuk keseharian, selebihnya disedekahkan untuk kampanye Islam.

Nabi lebih memilih menitipkan kekayaannya kepada Allah untuk akhirat, karena harta tidak dibawa mati kecuali harta untuk sedekah umat.

Banyak pemuka agama yang berawal tadinya kaya akhirnya melepaskan diri dari kekayaannya dan hidup khusus untuk melayani umat. Misalnya Sidharta pendiri Budha.

Jadi tolong jangan anda menjadikan kemiskinan sebagai sebuah cita-cita meniru gaya hidup nabi. Sehingga anda tidak mau berusaha bangkit. Bahkan sengaja hidup miskin dan menghindari materi. Kalau mau meniru berusahalah untuk kaya dengan cara yang benar dan sedekahkanlah, sisanya untuk kecukupan hidup anda. Hidup sederhana.