Siapa Bani Jawi Sebenarnya ?

MOHON UNTUK MELIHAT DAN MENDENGAR 
ISI VIDEO INI 
 SEBELUM MEMBACA ARTIKEL BERIKUTNYA


 
 
Semenanjung Malaysia sebelum abad 15 Masehi (AD) pernah menjadi bagian dari Sriwijaya(Mataram Jawa Kuno), Singashari dan Majapahit. Jawa Kuno itu sangat mahir dalam ilmu pelayaran pada jaman dahulu dimana pengaruh mereka juga sampai ke Filiphina, dimana ditemukan "Prasasti Keping Tembaga Laguna". Isinya salah satunya menyebut kata "Medang" sebuah kerajaan kuno di Jawa. Jawa saat itu dikenal sebagi Jawaka (termasuk untuk sebutan Sriwijaya). Pengaruhnya sampai ke Champa (Vietnam) dan Khmer (Kamboja). Hal itu wajar karena di masa lalu Jawa Kuno berdagang dengan China.
 

Untuk mengetahui lebih lanjut isi dari prasasti Keping Tembaga Laguna 
silahkan Baca Disini
 
Dalam khasanah Islam, nama Bani Jawi sangatlah populer dan familiar. Namun siapa itu sebenarnya Bani Jawi?.  Suku Jawa di Indonesia menyebut diri mereka sebagai Tiyang Jawi (Tiyang = orang dan Jawi = Jawa). Kata Jawi merupakan bentuk halus dari Jawa. Misalnya kalimat "Kulo Saking Jawi (saya dari Jawa)". Namun orang-orang dikawasan semenanjung Malaysia juga menyebut diri mereka sebagai Bani Jawi dimana tulisan abjad mereka yang dipengaruhi huruf Arab mereka namai Tulisan Jawi. Mengapa orang Malaysia menyebut Jawi?.

HURUF (TULISAN) JAWI DI MALAYSIA SEBENARNYA PENGARUH DARI HURUF PEGON DI JAWA. HURUF PEGON YAITU BAHASA JAWA TETAPI DITULIS DENGAN HURUF ARAB (BUKAN HURUF JAWA). ITULAH MENGAPA DI MALAYSIA DISEBUT TULISAN JAWI (JAWA). TIDAK DISEBUT SEBAGAI TULISAN MELAYU.
 
LALU APA SIH BAHASA MELAYU ASLINYA?
 
Bahasa Melayu Kuno (kadang-kadang disebut sebagai bahasa Melayu Tua) adalah nama yang digunakan untuk menyebut suatu bahasa yang tertulis pada beberapa prasasti dari sekitar abad ke-7 hingga abad ke-10 M yang ditemukan di Sumatra dan Jawa. Sebagian besar prasasti yang menjadi sumber korpus Melayu Kuno berkaitan dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya. Nama "Melayu Kuno" mengindikasikan bahwa bahasa ini merupakan pendahulu dari bahasa Melayu Modern dan bahasa Melayu Klasik namun para ahli memiliki pandangan berbeda terhadap hal tersebut, begitupun terhadap persoalan apakah bahasa ini adalah salah satu anggota rumpun bahasa Melayik. Bahasa Melayu Kuno yang ditemukan dalam prasasti-prasasti sumber memakai banyak kosakata bahasa Sanskerta dan ditulis menggunakan aksara Pallawa yang merupakan aksara Brahmi sehingga terdapat beberapa penyesuaian yang ditemukan untuk mengakomodasi fonologi Melayu Kuno yang berbeda dengan Sanskerta. Aksara Pallawa atau kadang kala ditulis sebagai Pallava adalah sebuah aksara yang berasal dari India bagian selatan dengan bahasanya yang bernama bahasa Sanskerta. Aksara Pallawa menyebar ke Asia Tenggara dan dipakai antara lain untuk menuliskan Bahasa Melayu Kuna. Transformasi dari aksara Pallawa, yang disebut aksara Pasca-Pallawa, muncul di berbagai tempat Asia Tenggara. Di Indocina, aksara Pasca-Pallawa berkembang menjadi Khmer kuno yang kelak menurunkan aksara Thai dan Lao. Di pulau Jawa, aksara Pasca-Pallawa kemudian disebut aksara Kawi yang berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya penyair (Wikipedia)

Jalan Tun Perak di Malaysia sebelumnya merupakan Jalan Mounbatten (diubah tahun 1961). Jalan Mounbatten sebelumnya benama Jalan Jawa. Karena pada jaman dahulu merupakan jalan utama bagi aktivitas perdagangan komunitas Jawa.

Penggunaan Tulisan Jawi dipakai antara lain munculnya surat kabar awal abad ke-20 yaitu "Utusan Melayu" dengan menggunakan aksara Jawi (Arab-Jawa) berbahasa Melayu tahun 1907, juga Surat Kabar Al-Imam tahun 1906. Semua didirikan oleh Peranakan Jawa di Melayu (Termasuk Singapura).


 
Kita coba tengok kebelakang sebentar. Dalam beberapa literatur yang bertebaran di Internet diketahui bahwa Majapahit dan Kelantan (Negara Bagian Malaysia) mempunyai hubungan yang erat. Ya ini mungkin bisa saja mengingat banyak istri dari raja-raja Jawa berasal dari Melayu (Champa). Menurut Sejarahwan Malaysia, Melayu itu berasal dari Kerajaan Champa. Saat Kerajaan Champa hancur, mereka menyebar ke tempat lain di Nusantara. Champa sendiri dahulu kala meliputi bagian selatan Kamboja /Vietnam sampai selatan Thailand (negeri Patani, Yala, Songkhla, Narathiwat) dan juga Kelantan Malaysia.

Nah dalam literatur tersebut disebutkan bahwa kelantan pada jaman dahulu dinamai sebagai Jawa Kotti (Titik Jawa). Bagaimana bisa?. Untuk menjelaskan ini maka kita runut dahulu dari sejarah Sriwijaya dan Mataram Kuno di Jawa. Bahwa Sriwijaya dan Mataram kuno merupakan kerajaan bersaudara. Dimana saat Sriwijawa berjaya, saat itu diperintah oleh Balaputra Dewa yang merupakan keturunan Raja Jawa dinasti Syailendra yaitu Samaragrawira atau ada yang menghubungkannya dengan Samaratungga. Pendapat lain menyebut bahwa Samaragrawira sebagai ayah Samaratungga.                        

Singkat cerita terjadi perebutan kekuasaan antara Balaputera Dewa dengan Pramodawardhani yang akhirnya dimenangkan Pramodawardhani. Teori lain mengatakan Balaputera menyingkir ke Sriwijaya bukan karena kalah perang dengan Pramodawardhani tetapi karena memang tidak punya hak pewaris tahta. Karena sumber lain mengatakan Balaputera adalah adik Samaratungga. kalau adik, kemungkinan Dewi Tara itu selir Samaragrawira. Kalau permaisuri berarti Balaputera ditugaskan untuk memerintah Sriwijaya.

Balaputra Dewa kemudian menyingkir ke Sriwijaya (mengingat ibunya dari sana). Ibunya adalah Dewi Tara dan Kakeknya dari sisi ibu adalah Dharmasetu (yang menurut prasasti Kelurak berasal dari Jawa). Dibawah Balaputera Dewa kejayaan Sriwijaya berada di puncak keemasan.



Menurut berbagai info, orang-orang Sriwijaya dan Syailendra yang menyerbu ke daerah semenanjung Malaysia dan Indo China dikenal sebagai tentara Jawaka (tentara Jawa). Nah dari sinilah kemungkinan istilah nama Jawa Kotti (Titik Jawa) muncul di Kelantan. Dimana kemungkinan disanalah Pusat Kekuatan Jawa ditempatkan. Karena pada jaman kerajaan Majapahit daerah ini dijadikan basis untuk menahan ekspansi Kerajaan Indo China. Salah satu bukti kuatnya pengaruh Jawa saat itu yaitu dengan dibangunnya Candi Angkor Wat di negara Kamboja pada jaman Mataram Kuno (yang mirip Prambanan) dimana Raja pendirinya yaitu Jayawarman II (seorang Pangeran Kerajaan Chen La di Indochina) tunduk pada dinasti Syailendra dimana rajanya saat itu yaitu Raja Rakai Panangkaran (746 - 784 M)  dan pernah tinggal di Jawa sebagai tawanan, tetapi setelah kembali ke Kamboja kemudian menyatakan Merdeka dari Jawa. Hal ini bisa dilihat pada Prasasti Sdok Kak Thom tahun 1052M yang ditemukan di Thailand. Boleh dibilang Raja-raja masa Angkorian dan Khmer masih berhubungan dengan Jawa pada mulanya.
 
 
MENGENAI ISI SINGKAT SDOK KAK THOM BISA DIBACA DISINI

Hubungan antara Champa atau Kamboja dengan Jawa pun bisa dibuktikan dengan nama Bunga semisal Cempaka (Champa -ka / Bunga  Champa), Buah Cempedak (Champa - dak / Buah Champa) atau Bunga Kamboja dan lainnya. Nama - nama itu tidak asing bagi masyarakat Jawa atau Melayu. Dan lagi, dalam setiap sejarah Kerajaan-kerajaan besar di Jawa, Para Raja pasti ada/punya istri dari Champa (Puteri Champa)

Berhubung kawasan itu pada saat itu ramai dalam perdagangan dunia mungkin dari sinilah sebutan sebagai Bani Jawi disematkan oleh orang-orang dari Persia/Arab untuk menunjuk penduduk belahan timur (Nusantara). Dimana jaman dulu  Pulau Jawa dikenal sebagai Jawa besar dan Sumatera sebagai Jawa kecil.


Dan jika dirunut maka memang ada hubungan erat sebenarnya antara Kelantan dan Jawa sejak jaman Majapahit dan Demak. Tetapi perlu diketahui bahwa jauh sebelum era Majapahit yaitu era Mataram Kuno Raja Pertama yang diketahui sebagai Raja Kelantan saat itu bernama Sambugita Jawaka. Yang darinya menurunkan raja-raja kerajaan Chermin. Nama Jawaka yang disematkan pada Sambugita seolah memberi informasi adanya hubungan kekerabatan dengan Jawa. Pada masa itu Kerajaan Majapahit membantu kerajaan Kelantan (Chermin) membebaskan semenanjung Malaysia dari jajahan Kerajaan Ayuthaya (Thailand). Sehingga Kelantan saat itu disebut Majapahit Barat (Majapahit II)

Hubungan erat pada jaman Majapahit dibuktikan dengan adanya benda pusaka kerajaan Kelantan (Keris) yang bernama “Keris Majapahit”, dan lagi menurut beberapa sumber online  (dari luar Jawa) dikatakan bahwa Gadjah Mada merupakan utusan dari Kelantan yang mengabdi kepada Majapahit (masih perdebatan). Jika ini benar maka istilah GAJ AHMAD sebagai nama asli Gajah Mada yang mana beragama Islam bisa saja terjadi, dimana banyak sekali di dunia online yang menulis mengenai Gaj Ahmad sebagai Gajah Mada yang beragama Islam (Meski masih dalam perdebatan). Karena Gajah Mada itu  dicurigai sebagai Nama Jabatan. Nama asli Gajah Mada masih kontroversi. Jadi ada periode Gajah Mada jaman Hayam Wuruk dan setelah nya. Gajah Mada yang bersumpah Palapa adalah asli Jawa. Yang hidup di era Raja Hayam Wuruk (1350M-1389M), Sedangjan Gajah Mada setelahnya bisa saja dari luar Jawa. Ada 3 era Gajah Mada, yang pertama yaitu Era Prabu Hayam Wuruk (1350M), era kedua yaitu Era Ratu Suhita (1427M) yang menikah dengan Kemas Jiwa (Raja Kelantan). Pada era Ratu Suhita inilah yang di klaim oleh orang Kelantan sebagai Gajah Mada ( Raja Kemas Jiwa telah melantik seorang yang bernama Ali Nurul Alam bin Syed Hussein Jamadil Kubra sebagai Perdana Menteri baginda). yang diutus oleh Raja Kelantan ke Jawa,  dan yang ketiga yaitu era Raja Kertawijaya (1447M). Gajah Mada era Kertawijaya ini diperkirakan satu generasi dengan Syekh Maulana Ibrahim. Gajah Mada era Suhita dan Kertawijaya inilah Gajah Mada yang diperkirakan sebagai Gajah Mada Muslim (Gaj Ahmad).

Perlu diketahui menurut beberapa Info, bahwa pembentukan Walisongo tak lepas dari datangnya Syekh Jumadil Kubro. Menurut Bangsawan kelantan “Sahrulnizam” : Kesultanan Kelantan erat kaitannya dengan Wali Songo, yang bertugas menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Keturunan cucu Nabi Muhammad SAW, yakni Sayyid Hussein Jumadil Kubra, lanjutnya, merantau ke Kelantan tahun 1349 Masehi. Kemudian, Jumadil Kubra menikahi putri keluarga Diraja Imperium Chermin (Kelantan Purba). Sahrulnizam menjelaskan bahwa keturunan Jumadil Kubra adalah Maulana Malik Ibrahim, sang pelopor Wali Songo, Sunan Ampel dan keluarganya, Sunan Gunung Jati dan Sunan Giri beserta keluarganya. Hanya Sunan Kalijaga yang asli Jawa sedangkan lainnya campuran antara Timur Tengah, Kelantan dan Jawa.
 
 "NABI MUHAMMAD KETURUNAN JAWA" BACA DISINI

Selain itu di Kelantan, Wayang Kulit, Gamelan,  Keris, Batik dan bangunan Masjid (termasuk bentuk Masjid Demak) sangat mirip dengan Jawa. Orang Kelantan suka makanan manis, sama dengan orang Jawa. Hubungan Jawa dan kelantan dimasa Kerajaan Demak (Walisongo) pun sampai saat ini masih terjaga. Hal itu dapat dibuktikan dengan seringnya para pembesar Kelantan mengunjungi Jawa khususnya Demak. Bahkan (entah benar entah tidak) , menurut sebuah pendapat dari sejarawan Malaysia, nama kota Klaten di Jawa Tengah diambil dari nama Klantan. Orang Kelantan  di Malaysia dipanggil Klate, nah akhiran n mungkin mirip untuk sebutan Kauman atau Pecinan untuk perkumpulan orang Arab dan Cina. Jadi apakah Klaten itu dulu perkampungan orang Kelantan?

Dibawah ini sumber yang menulis mengenai  Bangsawan Kelantan yang mengunjungi tanah leluhur di Jawa .

KLIK TULISAN DIBAWAH
 

BANGSAWAN KELANTAN MENGUNJUNGI TANAH LELUHUR DI JAWA BAGIAN 2



Selain itu pada Masa kerajaan Malaka, Ribuan tentara Demak dari Jawa ikut membantu Malaka berperang melawan Portugis, dan sebagian besar menetap di Malaysia, lainnya menetap  di Aceh dan Sumatera Utara. Mereka memilih tidak Pulang. Di Malaysia mereka berbaur dengan Msyarakat asli sehingga terkadang sudah tidak tahu bahwa mereka keturunan Jawa. Sebagian besar berada di daerah Johor, Selangor dan Malaka.  Dari jaman pra kolonial sampai sesudah kemerdekaan masih bisa kita temui keturunan Jawa di Malaysia. Itulah mengapa ketika budaya Jawa muncul secara spontan (terangkat lagi) di Malaysia, masyarakat Indonesia kemudian menuduh bahwa Malaysia mencuri dari Indonesia (khususnya Jawa). Hal ini karena baik Masyarakat Indonesia dan Malaysia tidak tahu sejarah yang sebenarnya bahwa sejak dahulu kala sebelum kedatangan penjajah Inggris dan Belanda Malaysia dan Indonesia (Jawa) merupakan sebuah hubungan yang tak bisa dipisahkan, semua bisa masuk dan keluar dengan bebas. Semenjak ada negara (penjajahan kolonial)  maka seolah-olah jejak itu terputus


Bahkan dalam studi yang dilakukan oleh salah satu Universitas Ternama di Malaysia, diketahui bahwa DNA orang kelantan dengan orang Jawa hampir mirip sekali 
(TONTON MULAI MENIT 21:40)



Lalu apa sih uniknya Jawa???. Ternyata Suku Jawa itu kemungkinan masih keturunan Nabi Sulaiman . Tidak percaya? (BACA DISINI) . Dimana garis darah orang Jawa menurut banyak sumber berasal dari Nabi Sis (Syits) dari garis Yafits (Anak Nabi Nuh), yang berwatak mirip watak orang Jawa yang suka rendah hati (Tawadhu).

Orang Jawa saat nembang (nyinden) hampir mirip saat membaca Al Quran. Dan itu jauh sebelum ada pengaruh Islam. Tak ada Bangsa di Asia Tenggara yang dalam pembacaan syair seperti tembang (sinden) Jawa. Sampai untuk Adzan saja juga ada yang dinamakan Adzan langgam Jawa.