Matius,
siapa yang tidak mengenal orang yang diduga salah satu murid Yesus.
Matius sebagai orang yang mengaku sebagai murid Yesus berulang kali
melakukan upaya agar Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama ada hubungan
serius. Yang dilakukan Matius adalah menggambarkan Yesus sebagai
“Pemenuhan akan Nubuatan” sebagai harapan bagi bangsa Yahudi. Tetapi apa
yang dilakukan Matius ternyata menimbulkan kecurigaan yang besar,
dimana Matius menuliskan nubuatan tentang Yesus yang terbukti salah. Di
sinilah terletak kesalahan tersebut.
Mat. 2:23 Setibanya
di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu
terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia
akan disebut: Orang Nazaret.
Perhatikanlah
ayat tersebut diatas. Dikatakan bahwa Ia (Yesus) akan disebut “Orang
Nazaret”. Yang menarik adalah bahwa tak satupun ayat di Perjanjian Lama
mengatakan hal ini. Tak ada nubuatan di Perjanjian Lama bahwa akan ada
orang yang dipanggil sebagai “Orang Nazaret”.
Menurut Arkeologi, kota Nazareth tidak ada
pada jaman yesus, kota ini muncul sekitar abad 3 M. Hal ini
mengindikasikan bahwa ayat yang menyinggung mengenai “Kota Nazareth”
merupakan catatan kemudian (jauh setelah Yesus Wafat). Kemungkinan nama
ini diambil dari nama sekte Nazarenes yang tinggal di daerah tersebut.
Apa nama daerah yang ditempati oleh sekte Nazarenes masih belum jelas.
Di ayat
diatas dikatakan “Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia (Yesus) akan disebut “Orang
Nazaret”. Nah jika para nabi di Perjanjian Lama tidak mengatakan apapun
soal “Orang Nazaret” bukankah berarti ini suatu nubuatan Palsu. Alias
Matius berusaha membohongi orang-orang Yahudi.
Kisah Para Rasul 24:5
Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar,
seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di
seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte
orang Nasrani.
Di ayat
diatas dikatakan sebagai “bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang
Nasrani.”. Tentu kita tahu bahwa tokoh yang dimaksud adalah Yesus.
Yesus orang Nazaret.
Yang menjadi bahan kajian selanjutnya adalah siapa itu “Orang Nazaret”?. Kisah awal mula mereka bisa dibaca dalam Kisah Para Rasul 1:13-16.
Mereka adalah murid-murid Yesus, Maria, Ibu Yesus serta saudara-saudara
Yesus. Banyak yang mengidentikkan “Orang Nazaret” sebagai Nazarenes.
Mereka ini pada prinsipnya merupakan sekte yang berbeda dengan Yahudi
pada umumnya tetapi termasuk kaum Yahudi. Dan bahasa yang mereka gunakan
adalah Aramaic, bahasa yang digunakan Yesus.
Menurut
Josephus, ada 4 sekte dalam masyarakat Yahudi pada permulaan Masehi
yaitu : Farisi, Saduki, Essene dan Zealot. Pengikut awal Yesus menamakan
diri mereka Nazarenes (Nashara/Nasrani), yang mungkin termasuk
Ebionite di dalamnya. Antara Nazarenes dan Ebionite terkadang agak
membingungkan. Apakah Ebionite merupakan sempalan dari Nazarenes?. Yang
jelas keduanya sangat erat hubungannya meski banyak perdebatan yang
mewarnainya.
Asal kata
Ebionite dari kata Yahudi ’Evyonim” berarti “yang tertindas/miskin”,
sedangkan Nazarene berarti “Cabang”. Makna Nazarenes kemungkinan bentuk
terbaik dan terluas dari sebuah pergerakan (Jasmani), sedangan Ebionite
lebih mengacu ke bentuk : Jalan, kependetaan,dll (ruhani). Jika dipahami
kemungkinan Nazarenes adalah sebutan bagi Pergerakan Politik kaum
Ebionite.
Nazarene/Ebionite
didirikan oleh orang-orang Israel pengikut Yohanes Pembaptis di daerah
Palestina. Kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh Yesus, lalu dipimpin
oleh “James si adil” yang merupakan saudara tertua Yesus. Tahun 62 M,
James dibunuh oleh pendeta tinggi Ananus. Kemudian Simeon (sodara kedua
Yesus) menggantikan James. Tahun 106 M, Kaisar Trajan menyalib Simeon.
Kepemimpinan dilanjutkan oleh Judas saudara Yesus. Disini tampak bahwa
kepemimpinan di dalam mereka bersifat kedinastian (Dinasty Yesus).
Kata Eessene
kemungkinan berasal dari kata “Ossim” yang berarti “Pelaku Taurat”.
Essene-lah yang mengumpulkan atau menulis “Dead Sea Scroll”. Mereka
hidup menyebar di kota-kota Palestina dan Syria dan di padang gurun.
Sekte Essene menggunakan bahasa Aramaic, yaitu bahasa yang digunakan
Yesus. Pada masa Yesus ada 3 kelompok Essene yang berbeda :
- Theraputae Mesir; tempat dimana anak yatim Yesus dan keluarganya melarikan diri selama pemerintahan Herodes.
- Essenes Qumran (Dead Sea Scrolls), Biarawan dimana Yohanes Pembaptis ada didalamnya.
- Nazarenes Gunung Carmel, Sebuah desa tempat keluarga yang kooperatif, tempat Yesus mengajar dan hidup
Di catatan
dalam “Dead Sea Scroll” itulah ternyata didapatkan keterangan bahwa
sebenarnya Yesus itu seorang manusia biasa yang diberi mukjizat. Bukti
bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa karena beliau dalam catatan
“Dead Sea Scroll” dikatakan menikah dengan Maria Magdalena.
Essene
memiliki interprestasi sendiri atas Taurat dan sangat bertentangan
dengan beberapa kelompok, diantaranya dengan para pendeta korup di
Yerusalem, dengan Herodes, bahkan dengan kaum Farisi yang dianggap
melakukan kompromi dengan kepercayaan Helenistik atau kekuatan Romawi. Pergolakan antar sekte untuk berebut pengaruh lah salah satu alasan Yesus dibunuh.
LUKAS 11 : 45-57
Banyak
di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang
menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu.Lalu
imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk
berkumpul dan mereka berkata: “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang
itu membuat banyak mujizat.Apabila
kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan
orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta
bangsa kita.”
Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa-apa,dan
kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati
untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.”Hal
itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar
pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.Karena
itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi,
Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang
bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. Pada
waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang
dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum
Paskah itu. Mereka
mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata
seorang kepada yang lain: “Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia
ke pesta?”Sementara
itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah
supaya setiap orang yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar
mereka dapat menangkap Dia.
Jadi pembunuhan Yesus bukanlah keinginan Allah, tetapi merupakan rencana dari para Imam-Imam tetua Yahudi yang tidak ingin posisinya tergeser karena adanya pengajaran Yesus.
Pergerakan
Yahudi dibawah kepemimpinan Yesus menggunakan dasar-dasar dari Essene
yang mana Yesus sebagai Guru bagi mereka. Dan dari Essene inilah
kemungkinan menjadi dua cabang yaitu Nazarenes dan Ebionite.
Pada awal Kristen, kaum
Nazarenes begitu antusias menyebarkan ajaran Yesus kepada orang-orang
Yahudi, diantaranya dengan memberikan pemahaman bahwa Yesus adalah
nubuatan (Mesiah) bagi kaum Yahudi.
Tetapi
setelah Paulus memasukkan Non-Yahudi (Gentile) kedalam Kristen
pertentangan mulai terjadi. Kaum Nazarenes ingin agar Non-Yahudi disunat
untuk keselamatan. Tetapi Paulus tidak setuju. Kemudian diadakan sidang
di Yerusalem tetapi akhirnya dimenangkan oleh Paulus. Bahwa orang
non-Yahudi tidak harus di sunat tetapi tetap mengikuti hukum Musa (Kisah Para Rasul 15:1-29)
Pada awal
kekristenan, kaum Nazarenes masih memiliki kedudukan yang tinggi, karena
lebih mengenal Yesus. Tetapi karena kegiatan Paulus sangat tinggi dalam
menyebarkan Kristen ke golongan Non-Yahudi, lambat laun golongan
Nazarenes mulai kehilangan pengaruh. Akhirnya mereka memutuskan untuk
mengeksklusifkan diri dan mengasingkan diri dari penganut Kristen baru
yang merupakan Non-Yahudi. Apalagi setelah tahun 66 M timbul
pemberontakan Yahudi terhadap Romawi di Palestina. Kaum Nazarenes
terdampar di daerah Pella (timur sungai Yordan). Pengaruh Nazarenes
makin hilang dalam Kekristenan. Dan Nazarenes tidak menganggap Paulus
sebagai Rasul. Apalagi setelah Paulus membatalkan beberapa hukum Taurat (Galatia 2:16),(Galatia 3:24-25),(Galatia 5:4),(Roma 3:27-28) dan (Efesus 2:15),dll.
Banyak kaum
terpelajar menduga bahwa sebagian Nazarenes sekarang lebih dikenal
sebagai Ebionite. Mereka mengakui Yesus sebagai Mesiah tetapi Yesus
adalah manusia normal, mengakui hukum Yahudi, mempunyai Kitab tersendiri
dan menolak Paulus. Karena alasan ini pada abad ke-4 Uskup Epifanius
menganggap aliran ini sebagai Bid’ah.
Tahun 380 M, Saint Jerome pernah mengabarkan mereka terkonsentrasi di Gurun Syria. Setelah abad ke-4 kelompok ini seakan menjadi asing dan terkucilkan dari dunia kekristenan bahkan diduga punah. Tetapi ada
sebuah legenda bahwa ada Nazarenes yang didirikan oleh murid Yesus
yaitu Thomas sekitar tahun 52 M di Malabar (India). Kemungkinan Thomas
bermigrasi ke Malabar dan meninggal disana. Hal ini terbukti ada umat
Kristen di Malabar yang secara keyakinan belum tersentuh oleh
perkembangan Kristen modern sampai kedatangan Portugis dibawah Vasco de
Gama (BACA DISINI). Dan orang India yang pertama menjadi Muslim berasal dari daerah
ini (BACA DISINI). Kelompok lainnya yang diduga kelanjutan dari Nazarenes adalah
Nazorean Gunung Carmel.
Al-Quran memberitakan tentang Nasrani (Nashaaraa) diantaranya dalam ayat berikut :
[QS 5:82]
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata: “Sesungguhnya kami ini orang nasrani“. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri
[QS 9:30] Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang nasrani
berkata: “Al Masih (Yesus) itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai
berpaling?
[QS 2:62] Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang nasrani
dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka,
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Penafsiran
Nasrani di Al-Quran bisa bermakna Ganda, yang pertama bisa mengacu ke Nazarenes , yang kedua mengacu ke Nasrani setelah abad 3 M. Karena ayat-ayat Al-Quran itu berkonteks.
Sehingga dalam memahami ayat-ayat Al-Quran yang memuat kata Nasrani,
kita harus memperhatikan konteksnya, apakah itu mengacu ke Nasrani awal
(Nazarenes) atau nasrani kemudian (Nasrani setelah abad 3 M). Misalnya dalam QS 9:30
diatas, kata Nasrani jelas mengacu ke versi setelah abad 3 M, karena setelah abad 3 M lah
getol ide Yesus sebagai anak Tuhan/Tuhan.