Nabi Ibrahim sebelum menjadi nabi beliau selalu mencari hakekat
Tuhan sejati karena tidak didapatkan pada ajaran di masyarakatnya yang
saat itu dikuasai Raja Namrud. Nabi Ibrahim selalu mencari siapa
pencipta tertinggi. Dan selama pencarian itu beliau tak lepas dari ujian
Allah.
Nabi Musa
yang dianggap sebagai cikal bakal pendiri agama Yahudi juga mengalami
hal yang sama. Bahkan beliau dari bayi sampai remaja malah menjadi anak
angkat Fir’aun dan tentu sedikit banyak berusaha dipengaruhi oleh
Fir’aun meski mungkin tidak berhasil. Dimana beliau mulai mendapat
pengajaran dari Tuhan setelah tumbuh dewasa. Terlebih setelah beliau
membawa kaumnya keluar dari Israel dan mendapat 10 perintah Tuhan.
Demikian
pula dengan Budha yang merasa kekayaan dan gelar kebangsawanan tak
membuatnya merasa tenang dan nyaman. Ibarat jika kita setiap hari diberi
kekayaan dan kekuasaan maka hati kita akan merasa kosong dan perlu
mendapat pencerahan. Itulah mengapa sang Budha melepas semua yang
dipunyai dari kekayaan, keluarga dan kekuasaan untuk mencari pencerahan
hakiki.
Yesus (Nabi
Isa)pun meski saat kecil sudah berbicara yang menegaskan bahwa beliau
itu utusan Allah tetapi pada tahap perkembangannya baru mulai mengadakan
pengajaran setelah beliau berumur 30-an tahun. Jadi apa yang dilakukan
Yesus sebelum umur 30-an tahun (Bible tidak merincinya - BACA DISINI) tentu merujuk
pada kualitas pribadi yang baik. Yang jelas seseorang diangkat menjadi
utusan Allah karena memiliki pribadi yang paling baik pada saat itu
diantara yang lain.
Demikian pula dengan nabi Muhammad. Beragama
apakah Nabi Muhammad sebelum masuk Islam?. Ini adalah pertanyaan yang
mungkin oleh sebagian besar umat Islam tidak pernah dipikirkan. Apakah
Nabi Muhammad beragama Hindhu, Kristen, Yahudi, Zoroaster atau lainnya?.
[QS 5:3] ………….. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ……(Baca Penjelasannya DISINI)
Kita tahu
bahwa orang Hindhu pernah menyinggahi Arab (BACA DISINI). Kita juga tahu ada komunitas
Yahudi dan Kristen banyak yang tinggal di semenanjung Arab ketika Nabi
masih hidup. Tetapi kita tidak tahu apa agama asli orang Arab saat itu.
Yang jelas saat itu bangsa Arab mengalami kemerosotan moral dan hidup
dalam masa Jahiliyah.
Jika kita
berpendapat nabi Muhammad beragama Yahudi, Kristen, Hindu, atao
Zoroaster sekalipun maka itu tidaklah mungkin. Ada beberapa alasan yang
mendasarinya :
- Nabi dikenal orang yang buta agama dan buta huruf
- Agama yang datang sebelumnya memiliki kesamaan yaitu sudah tidak murni Tauhid
Jadi apakah
agama nabi sebelumnya?. Jawabannya kemungkinan “Agnostic yang hanif”,
yaitu percaya adanya Tuhan yang menciptakan langit dan bumi tetapi
perilakunya humanis religius.
Dan ada
suatu kecenderungan bahwa pendiri agama-agama besar di dunia ini
sebenarnya pada saat sebelumnya adalah seorang Agnostic yang humanis
religius. Karena ada juga agnostic yang tidak humanis relgius.
Nabi
Muhammad mendapat wahyu Al-Quran pada umur 40 tahun. Jadi sebelum
berumur 40 tahun nabi Muhammad tentu beragama dalam keyakinannya
sendiri. Suatu keyakinan bahwa apa yang dilihatnya pada masyarakat Arab
saat itu (Jahiliyah), tentang apa yang mereka sembah dan lakukan
tidaklah benar. Itulah mengapa Nabi sering mengasingkan diri untuk
merenungkan semua ini untuk mendapat petunjuk.
Jika kita
amati, para pendiri agama besar tak lepas dari pemikiran kritis atas
yang terjadi di masyarakat sekitarnya saat itu. Selain itu kualitas
pribadinya juga sangat berpengaruh. Misalnya nabi Muhamamd yang terkenal
Jujur dan dapat dipercaya, hal ini merupakan modal beliau untuk dapat
diangkat sebagai nabi Oleh Allah.
ARTIKEL TERKAIT : NABI TERAKHIR (KLIK DISINI)