Harus diakui di dunia ini bahkan di Indonesia ada organisasi atau aliran yang mengkafirkan golongan lain. Semisal ada muslim yang sholat di masjid golongan tersebut langsung dipel lantainya. Kalau bajunya bersinggungan sama golongan lain bajunya dicuci dan lain-lain.....ada-ada saja.
“Kalau Allah Menghendaki, niscaya kamu Dijadikan- Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak Menguji kamu terhadap karunia yang telah
Diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
(Al-Ma’idah 48)
(Al-Ma’idah 48)
Ayat diatas menegaskan bahwa Allah saja tidak berkehendak membuat manusia menjadi satu, jadi tidak usahlah kita mengkafirkan golongan lain, cukup Allah yang akan menilainya. Al-Quran saja memberikan jaminan bahwa para Ahli kitab pun bisa mendapatkan bagian dari surga.
Kitab Suci Umat Islam Al-Quran mengatakan sebagai berikut :
[AL-QUR'AN SURAT 3.64]
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa
tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)”. (BACA PENJELASANNYA DISINI)
[AL-QURAN SURAT 2.62]
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin (tentang shabiin BACA DISINI), siapa saja di antara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh,
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pada ayat diatas, secara ringkas dapat
dipahami bahwa Islam adalah agama Allah, agama yang berserah diri pada
Allah. Agama Adam, Ibrahim, Musa, Yesus dan Muhammad adalah Islam. Islam
dari kata Muslim, Mushlam atau Musalman nerupakan kata yang dipakai
oleh agama-agama besar sejak dahulu BACA DISINI. Hal itu wajar mengingat nabi Ibrahim yang merupakan Imam bagi semua manusia merupakan pendiri agama-agama besar tersebut BACA DISINI. Saat
para nabi-nabi itu ada tentu mereka hanya menyembah kepada Allah begitu
pula pengikutnya. Meski setelah para nabi meninggal lambat laun terjadi
penyimpangan dimana penyembahan bukan lagi pada Allah tetapi kepada yang
dipersekutukan pada Allah atau bahkan selain Allah.
Dan Allah selalu menurunkan kitab
pembaharunya untuk mengkoreksi penyimpangan. Dan Al-Quran merupakan
kitab pengkoreksi yang terakhir dari Allah sebagai tanda datangnya hari
kiamat. Dan Al-Quran adalah kitab Tuhan yang paling otentik dan dijamin tidak berubah. Tentang hal ini bisa dibaca diartikel DISINI (bagian 1) dan DISINI (bagian 2)
Yang jadi pertanyaan adalah apakah QS 2:62 itu ditujukan pada
era nabi-nabi sebelum nabi Muhammad saat masih hidup atau era Nabi
Muhammad dan sesudahnya?. Saat nabi Muhammad lahir, di dunia ini sudah
banyak kitab-kitab Allah yang tersebar meski kitab-kitab itu sudah
tercampur antara ayat-ayat asli dari Allah dengan berbagai filsafat dan
pemikiran manusia.
Sekiranya ditujukan untuk era nabi-nabi
sebelum nabi Muhammad masih hidup tentu tepat. Tetapi bagaimana jika
diposisikan untuk era nabi Muhammad dan sesudahnya?. Dimana mungkin
orang-orang yang beragama non Islam pada dasarnya tidak tahu akan Islam.
Atau orang-orang terdahulu dan sekarang yang hidupnya terpencil dan
belum tersentuh agama-agama besar?.
Sebagai muslim pasti akan berpendapat
bahwa yang beragama Islam-lah yang masuk surga dan yang non muslim pasti
juga berpendapat sebaliknya. Karena disadari atau tidak banyak orang
yang menganut agamanya karena bapaknya atau ibunya (orang tuanya).
Disinilah hal ini diputuskan oleh 2 ayat diatas.
Sebagai pengikut nabi Muhammad orang
muslim sudah mendapat kitab yang paling murni (Al-Quran) yang mana
monoteisme sejati ada disana. Dan sebagai pengikut non Islam diakui atau
tidak pasti ada banyak sekte atau aliran yang mana dapat diyakini bahwa
ada beberapa aliran yang tetap memegang monoteisme meski dalam hal
fikih berbeda. Dalam agama Kristen misalnya, aliran utama selalu
mengusung doktrin trinitas, tetapi ada juga aliran-aliran lain yang
mengusung monoteisme, misalnya saksi Jehova. Begitu pula dalam agama
lainnya.
Ada beberapa non muslim aliran tertentu
(tak menganut monoteisme) ketika mempelajari Al-Quran (membaca surat
Al-Ihklas) dan menemukan monoteisme disana langsung memeluk Islam.
Tetapi ada juga non muslim aliran tertentu ketika menemukan monoteisme
dalam Islam, mereka menemukan hal yang sama dalam aliran mereka. Dan
mungkin mereka tetap berpegang teguh pada agama dalam aliran mereka
karena biasanya kepercayaan itu susah diubah, disinilah sebenarnya 2
ayat Al-Quran diatas berperan.
Bahwa agama apapun selama berpegang pada
kalimat yang satu (satu Tuhan) tanpa terjebak dalam keberhalaan,
kemungkinan bisa masuk surga sesuai tingkat kemurnian, kesucian dan
kesempurnaan syariat yang dipakai. Yang mana dalam Islam_lah sebenarnya
kesucian, kemurnian dan kesempurnaan syariat itu banyak terdapat. Lalu
apakah harus dengan nama Allah dalam menyebut Tuhan?.
Sebenarnya nama Allah (The God) umum
dipakai pada agama-agama didunia, meski dalam Islam lah kata “Allah”
diucapkan paling sempurna. Di Hindu nama Allah secara jelas disebutkan
dalam Rigveda Book 2 Hymn 1 Vol.11 yang mana “baik” dikatakan dengan
istillah “llah”. Dalam Rigveda Book 3 Hymn 30 Vol. 10 dan Rigveda Book 9
Hymn 67 Vol. 30 kata Allah disebutkan dengan jelas. Dalam Kristen dan
Yahudi kata Allah lebih banyak disebutkan.
Allah Tuhan dengan sebutan berbagai nama
seperti : Pengasih, Penyayang, Kholig, Rob, Wishnu, Brahma, Sustainer,
cheriser dan lain sebagainya. Yang mana penyembahan dilakukan seutuhnya
pada semua nama bukan nama per nama. Bukan hanya menyembah sifat
Pengasih atau Penyayang yang kadang diwujudkan dalam bentuk “Dewa
Pengasih” atau “Dewa Penyayang” dengan keberhalaan (bentuk patung) yang
menyertainya. Dalam Islam misalnya , Tuhan secara khusus adalah Allah
yang mana merupakan puncak semua nama_NYA yang dikenal dengan 99 nama
Tuhan. Dan setiap beribadah selalu memakai nama Allah. Bukti Tuhan adalah Allah bisa anda baca di artikel DISINI
Islam dan Muslim itu berbeda. Islam adalah mata air (hulu) dan muslim adalah kemana arah mata air itu. Semakin ke muara air cenderung menjadi keruh. Nah itulah analogi Islam dan Muslim. Islam (Mata air akan tetap jernih) dan muslim semakin menjalankan Al-Quran dengan benar maka akan selalu dekat ke mata air. Jika tidak menjalankan dengan benar kejernihan akan berkurang.
Menurutku kita sebagai muslim mungkin juga bingung memahami makna wajib. Misalnya Shalat Wajib, Puasa Wajib. Dan terkadang wajib diartikan jika tidak melakukannya kita berdosa. Apakah kita berdosa? Bukankah Allah Maha kaya. Jika anda membunuh atau menyakuti manusia anda itu berdosa. Bagaimana jika tidak shalat, atau puasa?.
Diakui atau tidak banyak manusia yang dalam kehidupan sehari-hari itu susah (untuk makan misalnya), bahkan banyak yang stress, banyak menderita gangguan jiwa dan lain-lain. Manusia yang susah tersebut karena saking susahnya bahkan tidak sempat mempelajari Islam secara baik. Sehingga dalam ber-Islam kurang benar, tetapi mereka tetap mengaku sebagai muslim. Nah apakah mereka itu harus berdosa dan masuk neraka?. Yang banyak duit dan diberi kelapangan rizki saja banyak yang kurang mempelajari Islam dengan benar (terlalu), apalagi mereka yang untuk makan saja sulit.
Menurutku hidup didunia ini sudah diprogram oleh Tuhan,
layaknya mesin kasir dimana tiap hari amal dan kejahatan yang kita
lakukan akan saling menambah atau mengurangi dimana pada akhirnya saldo akhir yang menentukan kita apakah masuk ke Surga atau Neraka. Inilah yang difirmankan Allah di dalam Al-Quran (Islam).
[QS 99:7]
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
[QS 99:8]
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Pada ayat di atas ada sebuah kata "Dzarrah". Banyak ulama memahami dzarrah sebagai partikel terkecil yaitu Atom, atau bisa saja bagian yang paling kecil lagi. Kedua ayat diatas merupakan konsep keadilan di dalam Islam. Bahwa kebaikan atau keburukan sekecil apapun akan mendapat balasannya.
Dari kesimpulan awal bisa kita simpulkan bahwa Allah Maha Kaya dan tidak akan rugi jika manusia tidak menyembah-NYA. Bahwa peribadatan yang dilakukan manusia adalah untuk kepentingan manusia sendiri.
Lalu ada pertanyaan, Jika sekiranya Allah tidak meminta untuk disembah apakah itu perbuatan dosa bagi manusia jika tidak menyembah-NYA?
Sekarang mari kita lihat gambar diatas. Pada gambar diatas ada 3 Golongan, yaitu Golongan A, Golongan B, dan Golongan C.
Golongan A = Golongan menuju kebaikan
Golongan B = Golongan menuju keburukan
Golongan C = Golongan Netral.
Tanda + Mengandung maksud lebih berlimpah.
Golongan C adalah golongan yang bisa diisi oleh bayi yang baru lahir, atau bisa juga oleh ruh, Anda bisa membacanya DISINI dan DISINI
Gambar di atas untuk menjelaskan bahwa Surga itu bertingkat-tingkat dimana semakin tinggi amalan kita maka semakin tinggi pula surga yang kita dapat, begitu pula semakin tinggi kejahatan kita maka semakin didasar neraka (neraka tingkat lebih tinggi atau paling tinggi)
“(kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah SWT dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Ali Imran (3): 163)
Jadi sebenarnya surga atau neraka itu kita sendirilah yang menentukan, disinilah letak keadilan Allah. Tetapi karena Allah Maha Pengasih maka ada sebagian kaum yang Allah maafkan jika ternyata nilai minusnya lebih banyak, mungkin dia terpaksa berbuat keliru saat didunia tetapi sebenarnya dia beriman, dan sejenisnya.
Gambar di atas untuk menjelaskan bahwa Surga itu bertingkat-tingkat dimana semakin tinggi amalan kita maka semakin tinggi pula surga yang kita dapat, begitu pula semakin tinggi kejahatan kita maka semakin didasar neraka (neraka tingkat lebih tinggi atau paling tinggi)
“(kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah SWT dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Ali Imran (3): 163)
Jadi sebenarnya surga atau neraka itu kita sendirilah yang menentukan, disinilah letak keadilan Allah. Tetapi karena Allah Maha Pengasih maka ada sebagian kaum yang Allah maafkan jika ternyata nilai minusnya lebih banyak, mungkin dia terpaksa berbuat keliru saat didunia tetapi sebenarnya dia beriman, dan sejenisnya.
(13:11)
……..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.
(QS 42:30)
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).
Bagaimana cara membaca gambar diatas?
- Orang-orang yang percaya dengan adanya Tuhan, tetapi amal perbuatannya sebanding dengan keburukannya maka dia akan berada di Golongan C.
- Orang-orang yang percaya adanya Tuhan tetapi tidak menyembah Tuhan dan perbuatan baiknya lebih banyak dari keburukannya akan berada di golongan A.
- Orang-orang yang percaya adanya Tuhan dan menyembah Tuhan dan perbuatan baiknya lebih banyak dari keburukannya akan berada di golongan A+.
- Orang-orang yang percaya adanya Tuhan dan tidak menyembah Tuhan dan perbuatan buruknya lebih banyak dari kebaikannya akan berada di golongan B.
- Orang-orang yang tidak percaya adanya Tuhan (Baik atau Buruk) akan berada di golongan B+.
Mungkin anda akan bertanya mengapa pada poin angka 5 mereka akan dimasukkan ke dalam Golongan B+ meski berbuat baik?. Inilah yang disinggung dari judul diatas, yaitu apakah seorang Atheis yang baik akan masuk surga. Sebelumnya mari kita baca mengenai atheis dulu DISINI
[QS 4:48]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.
Dari ayat diatas sudah jelas, jika syirik (mempersekutukan Allah) saja tidak diampuni apalagi tidak mengakui adanya Allah sama sekali. Tentu kebaikan yang mereka lakukan bagaikan debu yang ditiup angin.
“Kami
berikan balasan kepada mereka atas amal yang mereka lakukan. Kami
jadikan amal orang-orang kafir sia-sia bagaikan debu yang
beterbangan.” - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/25/amal-orang-kafir-debu.html#sthash.QU1f32lk.dpuf
[QS 25:23]
Dan kami berikan balasan atas amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
[24:39]
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi
bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya
“Kami
berikan balasan kepada mereka atas amal yang mereka lakukan. Kami
jadikan amal orang-orang kafir sia-sia bagaikan debu yang
beterbangan.” - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/25/amal-orang-kafir-debu.html#sthash.QU1f32lk.dpuf
Jika anda membaca artikel mengenai atheis pada link diatas atau bisa anda baca lagi DISINI maka anda akan menemukan sebuah kontradiksi dari Atheis. Sehingga jika anda mengaku Atheis (tak ber-Tuhan) tetapi anda berbuat baik anda telah menipu Tuhan. Menipu orang itu sangat besar dosanya apalagi menipu Tuhan. Itulah Allah mengatakan amal perbuatan orang-orang tak Bertuhan (Kafir) bagaikan debu.
Mungkin anda akan bertanya lagi, bukankah tiap-tiap agama mempunyai persepsi yang berbeda tentang Tuhan. Lalu Tuhan yang mana?. Anda bisa mencarinya DISINI
Jadi jika sesuatu itu dikatakan wajib tapi kita tidak mengerjakannya apakah kita berdosa?
Pertama-tama
ditegaskan dalam Al-Quran bahwa Alllah Maha Kaya dan tidak meminta
sesuatu pun dari Makhluknya termasuk disembah. Bahwa peribadatan yang
dilakukan oleh manusia kepada Allah adalah untuk manusia sendiri
(kembali kepada manusia menjadi pahala untuk manusia). Ayat-ayat
tersebut antara lain sebagai berikut :
An-Naml Ayat : 40,...... Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Al-'Ankabuut Ayat : 6 , Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Al-Israa' Ayat : 15, Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri.
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami
tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
Dari ayat-ayat diatas jelas bahwa Allah tidak meminta untuk disembah tetapi ada pahala yang besar jika kita bersyukur dengan beribadah kepada-NYA. Lalu bagaimana jika ternyata di dalam Al Quran Allah meminta untuk disembah, misalnya pada ayat berikut :
Thaahaa Ayat : 14 Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku
Al-'Ankabuut Ayat : 56 Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.
Lalu bagaimana menanggapi ayat diatas?. Perlu kita pahami bahwa ayat diatas muncul karena ternyata umat manusia lebih suka menyembah selain Allah. Allah yang Maha Bertanggungjawab tentu tidak akan membiarkan manusia untuk sesat. Itulah mengapa Allah wajib mengingatkan kepada manusia janganlah menyembah selain Allah, sehingga Allah selalu mengingatkan manusia untuk selalu mengingat NYA dengan cara shalat. Karena manusia selalu ingkar kepada Allah jika dalam keadaan lupa.
QS 20:14 Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
QS 29:45 Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Penyembahan kepada selain Allah banyak difirmankan Allah dalam Al-Quran antara lain :
Al-A'raf Ayat : 59 Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
*Kaum Nabi Nuh menyembah selain Allah
Huud Ayat : 84 Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia.
* Kaum Nabi Syu'aib menyembah selain Allah
Kaum Nabi Isa (Yesus) menyembah Yesus, seperti firman Allah :
[QS5:116] Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah ?”.
‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa
yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka
tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha
Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”.
Dari artikel diatas bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya Allah tidak meminta - minta untuk disembah. Allah hanya mengingatkan manusia agar jangan menyembah selain Allah, dengan mengatakan "SEMBAHLAH AKU". KARENA MANUSIA ITU CENDERUNG BERBUAT DOSA! DAN CENDERUNG MEMBUAT SEMBAHAN PALSU!.
Lantas jika Allah tidak meminta untuk disembah dan kita tidak menyembah selain Allah tapi tidak menyembah Allah akankah berdosa?.
Jika anda dari bayi hanya duduk atau tiduran dan hanya mengingat Allah mungkin anda tidak berdosa, tetapi dalam kehidupan normal tiap hari, pikiran anda, hati anda, kelakuan anda dan lain-lain tak luput dari dosa meski kecil. Misalnya, mungkin anda tak sengaja membayangkan hal yang berdosa. Nah gunanya beribadah tiap hari kepada Allah tak lain untuk menghapus dosa harian. Seperti yang sudah ditulis pada awal artikel diatas, bahwa ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk kebaikan kita sendiri.
(Dari Ibnu Mas'ud) "Ada seseorang yang sengaja mencium seorang wanita (non mahram yang tidak halal baginya), lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan tentang yang ia lakukan. Maka turunlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.” (QS. Hud: 114). Laki-laki tersebut lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pengampunan dosa seperti itu hanya khusus untuk aku?” Beliau bersabda, “Untuk seluruh umatku.” (HR. Bukhari no. 526 dan Muslim no. 2763).
(Dari Usman bin Affan) Tidaklah seorang muslim ketika waktunya shalat wajib, lalu ia membaguskan wudhunya, ia khusyu’ dalam shalatnya, dan menyempurnakan ruku’, melaikankan itu menjadi penghapus dosa-dosa sebelumnya selama tidak dilakukannya dosa besar, dan itu setiap masa semuanya.” (HR. Muslim no. 228).
(Dari Abu Hurairah) “Di
antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at
berikutnya adalah penghapus dosa di antara semua itu selama tidak
dilakukan dosa besar” (HR. Muslim no. 233).
Dalam pemahaman Islam selama di dalam diri manusia ada sisa keimanan dan kepercayaan kepada Allah yang satu, manusia itu pada akhirnya akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke surga setelah dosa-dosanya dilebur di neraka. Karena Allah hanya tidak mengampuni manusia yang menyekutukan Allah, Syirik atau menyembah selain Allah.
Jadi
meski anda tidak menyembah Allah tetapi anda beriman kepada Allah
sebagai satu-satunya Tuhan anda tetap berdosa meski nanti diampuni.
Tetapi alangkah lebih baik jika anda menyembah Allah meski tidak
diminta, karena pahalanya (surga) lebih besar daripada anda tidak
menyembah Allah.
KESIMPULAN :
[QS 99:7]
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
[QS 99:8]
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
“Kalau Allah Menghendaki, niscaya kamu Dijadikan- Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak Menguji kamu terhadap karunia yang telah
Diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (Al-Ma’idah 48)
INGAT : BERLOMBA-LOMBALAH BERBUAT KEBAJIKAN!
.........Sungguh,
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa.”
(Al-Hujurat 13)
Alquran 103: Demi massa. Sesungguhnya manusia itu benar – benar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
QS 2:208 Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(Al-Hujurat 13)
Alquran 103: Demi massa. Sesungguhnya manusia itu benar – benar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
QS 2:208 Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.