Hadits itu secara umum merupakan pentafsiran Nabi Muhammad terhadap Al-Quran. Karena pada saat Al-Quran diturunkan sampai nabi meninggal itu berjarak sekitar 23 tahun (perkiraan). Nah dalam usia yang 23 tahun tersebut tentu merupakan masa yang susah bagi para pemeluk awal Islam dalam memahami isi dari Al-Quran. Maka dari itu kaum muslim yang tidak mengerti dari maksud isi kandungan Al-Quran lantas meminta petunjuk dari nabi, sehingga lahirlah Hadits.
Hadits itu banyak sekali jenisnya, dari hadits Asli (Shahih), Hadits meragukan sampai hadits palsu. Menurut Wikipedia Hadits Shahih dapat digolongkan sebagai berikut :
Kitab hadis Sunni
· Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H).
· Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H).
· Sunan Abu Dawud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H).
· Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H).
· Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H).
· Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
· Musnad Ahmad, disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal (164-241 H).
· Muwatta Malik, disusun oleh Imam Malik (93-179 H).
· Sunan Darimi, disusun oleh Ad-Darimi (181-255 H).
Kitab hadis Syi'ah
Syi'ah hanya memercayai hadis yang diriwayatkan oleh keturunan Muhammad, melalui Fatimah az-Zahra, atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin Abi Thalib. Syi'ah tidak menggunakan hadis yang berasal dari atau diriwayatkan oleh orang-orang yang diklaim memusuhi Ali, seperti Aisyah, yang melawan Ali pada Perang Jamal. Beberapa sekte Syi'ah sebagian besar menggunakan:
· Ushul al-Kafi
· Al-Istibshar
· Al-Tahdzib
· Man La Yahduruhu al-Faqih
Hadits milik Suni merupakan Hadits yang banyak dipakai oleh umat Islam, sebagaimana pemeluk Suni adalah mayoritas (hampir 90% dari umat Islam diseluruh dunia).
Bagi anda yang belum mengerti apa itu Sunni atau Syiah bisa saya gambarkan secara singkat sebagai berikut, Bahwa Sunni itu percaya bahwa penerus setelah Nabi Muhammad itu adalah 1. Abubakar 2, Umar bin Khattab 3, Usman 4. Ali, mereka sangat menghormati keempat orang ini. Sedangkan Syiah itu hanya mengakui Ali dan keturunannya. Mereka tidak mengakui tiga yang lain dan bahkan cenderung menjelekkannya. Untuk lebih jelasnya anda bisa mencari tahu sendiri di dunia online atau offline. Tetapi saya sempat menulis mengenai Syah ini yang bisa anda baca di artikel dibawah ini (klik saja)
Dan meski saya mungkin bisa termasuk dalam Sunni, meski sebenarnya tak ada itu golongan-golongan Islam, maka mari kita lihat hadits menurut Sunni. Hadits tertua dalam Sunni yang shahih mungkin adalah milik Imam Malik karena secara rentang waktu lebih muda, tetapi Hadits yang paling banyak dipakai kalau tidak salah adalah milik Imam Bukhari, dan terkadang Imam Muslim. Bahkan ada sebagian Muslim yang menganggap bahwa semua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari adalah Shahih.
Boleh dikatakan bahwa imam Malik menulis (mengumpulkan hadits) antara tahun 93 - 179 H (pengandaian karena waktu mulai persisnya tentu setelah dewasa dan berilmu). Tahun setelah Nabi Wafat adalah Hijriyah (H) dan 1 Hijriyah itu dihitung 6 tahun setelah Nabi Muhammad wafat. Sedangkan Imam Bukhari menulis (mengumpulkan hadits) antara tahun 194- 256 H
Bisa anda bayangkan bahwa sebelum tahun 93H (Imam Malik) atau 194H (Bukhari) mungkin perkataan nabi hanya dituturkan secara turun temurun, bisa lisan dan tulisan dan tersebar secara tidak rata. Dan pasti selama itu sudah muncul distorsi yang bisa dibuktikan dengan banyaknya bermunculan hadits palsu yang jumlahnya bisa ribuan, karena satu-satunya yang terjaga hanya Al-Quran. Nah yang dilakukan Imam Malik/Bukhori adalah mengumpulkan semua Hadits yang tersebar tersebut , memilahnya, menelitinya dan kalau terbukti akurat akan dimasukkan dalam Hadits Shahih Malik/Bukhari. Demikian pula dengan Imam yang lain Jadi Buku Hadits shahih yang ada saat ini itu dulunya hasil pengumpulan hadits nabi yang tercerai berai dan melalui berbagai penyaringan sehingga bisa diketahui mana yang Asli, Meragukan atau pun Palsu.
Tetapi yang perlu dipahami disini apakah para Imam tersebut sekadar mengumpulkan atau menganalisanya secara dalam. Dan jika dianalisa, apakah dasar atau tolak ukur untuk menentukan asli tidaknya. Apakah norma, Akal, Budaya?. Tentu yang paling valid seharusnya dari Al-Quran. Dalam artian semua hadits tersebut dibenturkan dengan Al-Quran. Jika asli tentu tidak akan bertentangan.
Yang jadi masalah adalah, sebenarnya diluar dunia Arab, semisal Indonesia, dan dikecilkan lagi semisal di Jawa, banyak ajaran budi pekerti para sesepuh masa lampau yang boleh dibilang tidak lah bertentangan dengan ajaran Al-Quran. Padahal kita tahu bahwa ajaran budi pekerti yang ada di Jawa pada masa lampau bukanlah perkataan Rasul. Nah coba hal ini kita berlakukan di dunia Arab. Apakah ada ajaran budi pekerti di Arab pra Islam yang tidak bertentangan dengan Al-Quran, namun di kemudian hari dalam berjalannya waktu para generasi berikutnya menganggap hal itu adalah perkataan Nabi, karena ada orang yang dulunya mengaku-aku kan ajaran tersebut sebagai ajaran nabi dengan alasan tertentu. menurut anda bagaimana?.
Bagi kita-kita yang sibuk urusan dunia ini tentu belum membaca semua hadits-hadits shahih tersebut. Jangankan Hadits, Al-Quran saja pasti belum sempat. Terkadang banyak muslim yang mencari Shortcut (langsung ke hadits) dalam mencari jawaban. Dan karena ini pula banyak dari kaum Muslim yang terjebak, mengapa?
Pertama-tama karena penalaran kaum muslim belumlah bisa berfikir secara universal. Terkadang bagi mereka yang dari awal sudah terlanjur dididik dalam satu pemahaman hadits susah menerima pemahaman lain sehingga banyak menimbulkan perpecahan. Umat Islam sekarang ini tidak bisa bersatu atau terpecah belah itu sebenarnya karena HADITS
Kedua bahwa banyak para pembenci Islam yang berkampanye menggunakan hadits-hadits Palsu atau meragukan untuk menjatuhkan citra Islam di mata internasional. Tentu bisa mendangkalkan akidah para umat muslim yang masih dangkal ilmunya. Dan menghalangi mereka non Muslim yang berniat ingin belajar Islam.
Ada seorang kawan yang bertanya demikian :
Menurut Syekh Imran Hosein Metodologi Memahami Al-Qur'an dan Hadist. Dimana dlm membahas suatu hal/soal. Pertama2 harus meneliti semua ayat Al-Qur'an yg berhubungan dgn hal itu. Dimana ayat Al-Qur'an dapat saling menjelaskan ayat lainnya. Setelah Al-Qur'an baru hadist, bahkan hadist hanya dpat diterima jika selaras makna dgn Al-Qur'an, bahkan hadist sahih pun dapat ditepikan jika tidak sesuai dgn pemahaman Al-Qur'an. Dan masih banyak lagi lainnya.
Jujur saya baru mengenal Syekh Imran Hosein melalui channel Youtube, itupun hanya beberapa video, belum sempat memahami seluruh pemikiran beliau apakah ada yang tidak saya setujui. Mengingat sempitnya waktu (keterbatasan waktu). Dan beliau sendiri dalam salah satu videonya juga mengatakan bahwa apa yang pernah diutarakan dalam kajian-kajiannya ada beberapa yang keliru. Dan ini tidak masalah karena sebagai manusia yang penting selalu membenahi yang keliru.
Nah berkaitan dengan pernyataan kawan saya tersebut, sebenarnya pemikiran itu sudah lama sekali ada dalam diri saya bertahun-tahun yang lalu. Boleh dibilang saya setuju dengan hal tersebut.
Saya pernah berfikiran seandainya kita cuma memakai Al-Quran mungkin hidup ini lebih mudah dan mengurangi perpecahan Islam. Dasar pemikirannya sederhana :
Apa yang tertulis di Al-Quran kita jalankan, dan apa yang tidak dibahas tidak usah kita pertanyakan.
Jika semua Muslim setuju dengan hal ini tentu hal ini akan lebih mudah bagi kita dalam menjalani hidup ber-Islam. Tetapi kita ini terkadang seperti Bangsa Yahudi yang banyak tanya saat disuruh Nabi Musa untuk menyembelih Sapi (Surah Al-Baqarah 2:67) , tantang yang berkelamin apa kek, yang berwarna apa kek, yang umur berapa kek, dll. Padahal jika langsung mencari sapi dan disembelih selesai lah urusan.
Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, justru menyusahkan kamu" (Q.S. al-Maidah/5:101)
INGAT, hampir 90% umat Muslim (termasuk saya) belum memahami Al-Quran dari A-Z, mereka lebih suka bertanya yang menurut mereka perlu ditanyakan pada Ustadz atau sejenisnya. Mereka tidak berusaha mencari sendiri dalam Al-Quran.
Sebenarnya jika kita telah memahami Al-Quran 100% maka secara otomatis ada filter dalam fikiran kita. Tanpa hadits pun kita bisa merasakan baik dan benar suatu masalah.
Lalu apakah kita tidak perlu Hadits (Ingkar Sunah)?. Dalam pemahaman ku kita tetap perlu, tetapi hadits tentang hal-hal yang bersifat penting yang harus didahulukan. Karena anda tidak akan bisa melaksanakan semua apa yang terdapat dalam hadits. Misalkan semua hadits Bukhari yang jumlah halamannya sanga tebal. Itu jika anda benar-benar menganggap hadits shahih dari Rasul dan anda ingin meniru Rasul 100%. Apalagi antar hadits shahih juga terdapat beberapa yang berbeda pemahaman. Sehingga melahirkan 4 Mazhab utama.
Apakah yang paling penting itu?. yaitu 5 rukun Islam (Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Haji). Karena tentang Rukun Islam ini di dalam Al-Quran cenderung secara umum (kurang rinci). Karena jika ini tanpa penjelasan hadits bisa anda bayangkan jika pada saat Shalat bebas gerak, bebas arah, bisa-bisa dalam satu masjid mirip pasar tradisional yang semrawut. Juga dalam ibadah Haji , jika tak ada standar tentang cara berhaji bisa-bisa ibadah haji berubah jadi rebutan massal.
Meski dalam Shalat pun antar Mazhab juga terdapat ketidaksamaan. Bayangkan, hal yang menyangkut yang prinsipil saja juga masih ada ketidak samaan apalagi terhadap hal yang sifatnya kemasyarakatan (norma/aturan keluarga atau sosial atau biasanya dikenal sebagai fikih). Dan mereka para Muslim menganggap bahwa Mazhabnya yang paling benar, alirannya paling benar, sehingga sampai membuat ajaran baiat membaiat segala.
Padahal dalam hubungan kemasyarakatan (norma) itu tanpa hadits pun sebenarnya kita tahu mana baik mana buruk selama rukun Islam kita sudah benar. Meski itu baru pada tingkat Syahadat. Karena norma itu sebenarnya sudah tertanam dalam hati kita meski kita tidak beragama pun.
Dengan kata lain Metodologi yang dipakai oleh Syekh Imran Hosein itu menitik beratkan pada logika/Ijtihad langsung setelah sebelumnya dianalisa menurut ayat-ayat Al-Quran yang secara tema berkaitan dengan masalah yang ditanyakan. Dan memang mungkin tidak semua manusia menguasai metode ini.
Lalu bagaimana sih sebenarnya posisi Al-Quran terhadap Hadits?
https://reviewofreligions.blogspot.com/2019/11/memahami-konsep-bidah.html?m=1
https://reviewofreligions.blogspot.com/2019/11/memahami-konsep-bidah.html?m=1
Ibarat Montir, anda itu paham kerja dasar mobil dan mesin karena anda telah membaca semua tutorial dasarnya (Kita Misalkan Tutorial dasarnya adalah Al-Quran), sehingga anda bisa menservis berbagai macam jenis mobil yang mungkin secara kondisi mesin berbeda. Tapi sebenarnya kinerja mesin itu adalah sama. Anda tahu bagaimana cara kerja radiator, sehingga anda bisa membenarkan kerusakan mobil yang berhubungan dengan radiator pada semua mobil yang mempunyai mesin berbeda-beda, yah semacam itu lah. Nah Hadits itu merupakan alat pendukung kerja anda. Anda mengerti cara kerja radiator, tetapi mungkin pada saat anda mengerjakan mobil lain diperlukan perlakuan lain, misalnya dibutuhkan alat tambahan atau komponen lain. Nah inilah hadits itu.
Nah ada kalanya ada 2 orang Montir yang membaca petunjuk teknis dasar (tutorial dasar) yang sama tetapi memiliki gaya dan perlakuan yang berbeda terhadap mobil yang diservisnya. Mereka sama-sama tahu kinerja dasar radiator tetapi pada saat menservis menggunakan teknik yang berbeda.
Inilah sebenarnya yang menurut saya lebih tepat dalam memahami Hadits. Bahwa Hadits pada masa awal rasul dengan Ijtihad/Ijtima Ulama sebenarnya ibarat 2 montir diatas. Tetapi cara memahaminya sebagai berikut:
Andaikan sebuah perusahaan mobil bernama MOBILX pasti memiliki dasar tutorial mengenai mesin (kita misalkan ini adalah Al-Quran). Setelah berlanjut maka keluar seri MOBILX-1, mobilx-1 tentu penyempurnaan dari Mobilx. Dalam penyempurnaan ini, maka tutorial mobilx pasti sebagian besar masih dipakai (90%) dan yang 10% adalah Hadits shahih nabi. . Nah semakin maju maka akhirnya melahirkan Mobilx-10. Nah didalam mobilx-10 ini sudah melakukan banyak penyempurnaan dan pembaharuan. Tetapi sistem kerja dasar (tutorial dasarnya) masih ada yang dari generasi mobilx meski sekarang hanya 20%. tetapi yang 20% ini tidak akan bisa ditinggalkan meski nanti sudah ada versi MOBILX-100 misalnya. Nah yang 80% itu sebenarnya penyempurnaan yang 10% dari tipe mobilx-1. Mungkin ada yang masih sama tetapi ada yang disesuaikan (diubah) meski secara fungsi sama (bentuk beda fungsi sama).
Jika Allah berniat menulis semua petunjuk kedalam 1 buku maka tinta seluas lautan tak akan cukup untuk menuliskan dan sekiranya cukup setebal apakah buku itu?. Apakah setebal Bulan? Tentu setebal alam raya ini. Lalu apakah kita mampu membaca semuanya?. Mampu mempelajari semuanya?.
Dan karena kita tidak hidup sejaman dengan Rasul maka kita cuma mendasarkan hasil kumpulan Imam Bukhari dan lainnya, dimana kita juga tidak tahu pasti kebenaran yang pasti. Bahkan aku juga setuju saja jika memang dalam Hadits Bukhori atau lainnya ada yang tidak sesuai maka bisa diabaikan saja.
Seandainya Nabi masih hidup sampai sekarang tentu tidak akan kita temui semua kerancuan hidup ini, karena kita bisa tahu keasliannya.
Sekian dulu artikel ini, mungkin masih banyak keterbatasan dan kurang dalam, tetapi semoga memberi pencerahan.