[AL-QUR'AN SURAT 3.64]
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa
tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)”. (BACA PENJELASANNYA DISINI)
[AL-QURAN SURAT 2.62]
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin (tentang shabiin BACA DISINI), siapa saja di antara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh,
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pada ayat diatas, secara ringkas dapat
dipahami bahwa Islam adalah agama Allah, agama yang berserah diri pada
Allah. Agama Adam, Ibrahim, Musa, Yesus dan Muhammad adalah Islam. Islam dari kata Muslim, Mushlam atau Musalman nerupakan kata yang dipakai oleh agama-agama besar sejak dahulu BACA DISINI. Hal itu wajar mengingat nabi Ibrahim yang merupakan Imam bagi semua manusia merupakan pendiri agama-agama besar tersebut BACA DISINI. Saat
para nabi-nabi itu ada tentu mereka hanya menyembah kepada Allah begitu
pula pengikutnya. Meski setelah para nabi meninggal lambat laun terjadi
penyimpangan dimana penyembahan bukan lagi pada Allah tetapi kepada yang
dipersekutukan pada Allah atau bahkan selain Allah.
Dan Allah selalu menurunkan kitab
pembaharunya untuk mengkoreksi penyimpangan. Dan Al-Quran merupakan
kitab pengkoreksi yang terakhir dari Allah sebagai tanda datangnya hari
kiamat. Dan Al-Quran adalah kitab Tuhan yang paling otentik dan dijamin tidak berubah. Tentang hal ini bisa dibaca diartikel DISINI (bagian 1) dan DISINI (bagian 2)
Yang jadi pertanyaan adalah apakah QS 2:62 itu ditujukan pada
era nabi-nabi sebelum nabi Muhammad saat masih hidup atau era Nabi
Muhammad dan sesudahnya?. Saat nabi Muhammad lahir, di dunia ini sudah
banyak kitab-kitab Allah yang tersebar meski kitab-kitab itu sudah
tercampur antara ayat-ayat asli dari Allah dengan berbagai filsafat dan
pemikiran manusia.
Sekiranya ditujukan untuk era nabi-nabi
sebelum nabi Muhammad masih hidup tentu tepat. Tetapi bagaimana jika
diposisikan untuk era nabi Muhammad dan sesudahnya?. Dimana mungkin
orang-orang yang beragama non Islam pada dasarnya tidak tahu akan Islam.
Atau orang-orang terdahulu dan sekarang yang hidupnya terpencil dan
belum tersentuh agama-agama besar?.
Sebagai muslim pasti akan berpendapat
bahwa yang beragama Islam-lah yang masuk surga dan yang non muslim pasti
juga berpendapat sebaliknya. Karena disadari atau tidak banyak orang
yang menganut agamanya karena bapaknya atau ibunya (orang tuanya).
Disinilah hal ini diputuskan oleh 2 ayat diatas.
Sebagai pengikut nabi Muhammad orang
muslim sudah mendapat kitab yang paling murni (Al-Quran) yang mana
monoteisme sejati ada disana. Dan sebagai pengikut non Islam diakui atau
tidak pasti ada banyak sekte atau aliran yang mana dapat diyakini bahwa
ada beberapa aliran yang tetap memegang monoteisme meski dalam hal
fikih berbeda. Dalam agama Kristen misalnya, aliran utama selalu
mengusung doktrin trinitas, tetapi ada juga aliran-aliran lain yang
mengusung monoteisme, misalnya saksi Jehova. Begitu pula dalam agama
lainnya.
Ada beberapa non muslim aliran tertentu
(tak menganut monoteisme) ketika mempelajari Al-Quran (membaca surat
Al-Ihklas) dan menemukan monoteisme disana langsung memeluk Islam.
Tetapi ada juga non muslim aliran tertentu ketika menemukan monoteisme
dalam Islam, mereka menemukan hal yang sama dalam aliran mereka. Dan
mungkin mereka tetap berpegang teguh pada agama dalam aliran mereka
karena biasanya kepercayaan itu susah diubah, disinilah sebenarnya 2
ayat Al-Quran diatas berperan.
Bahwa agama apapun selama berpegang pada
kalimat yang satu (satu Tuhan) tanpa terjebak dalam keberhalaan,
kemungkinan bisa masuk surga sesuai tingkat kemurnian, kesucian dan
kesempurnaan syariat yang dipakai. Yang mana dalam Islam_lah sebenarnya
kesucian, kemurnian dan kesempurnaan syariat itu banyak terdapat. Lalu
apakah harus dengan nama Allah dalam menyebut Tuhan?.
Sebenarnya nama Allah (The God) umum
dipakai pada agama-agama didunia, meski dalam Islam lah kata “Allah”
diucapkan paling sempurna. Di Hindu nama Allah secara jelas disebutkan
dalam Rigveda Book 2 Hymn 1 Vol.11 yang mana “baik” dikatakan dengan
istillah “llah”. Dalam Rigveda Book 3 Hymn 30 Vol. 10 dan Rigveda Book 9
Hymn 67 Vol. 30 kata Allah disebutkan dengan jelas. Dalam Kristen dan
Yahudi kata Allah lebih banyak disebutkan.
Allah Tuhan dengan sebutan berbagai nama
seperti : Pengasih, Penyayang, Kholig, Rob, Wishnu, Brahma, Sustainer,
cheriser dan lain sebagainya. Yang mana penyembahan dilakukan seutuhnya
pada semua nama bukan nama per nama. Bukan hanya menyembah sifat
Pengasih atau Penyayang yang kadang diwujudkan dalam bentuk “Dewa
Pengasih” atau “Dewa Penyayang” dengan keberhalaan (bentuk patung) yang
menyertainya. Dalam Islam misalnya , Tuhan secara khusus adalah Allah
yang mana merupakan puncak semua nama_NYA yang dikenal dengan 99 nama
Tuhan. Dan setiap beribadah selalu memakai nama Allah. Bukti Tuhan adalah Allah bisa anda baca di artikel DISINI