Di media maya (beberapa tahun lalu) banyak beredar isue mengenai pernyataan Dr. Zakir Naik "seorang ulama terkenal" perihal penulisan kalimat "Dengan Izin Allah". Tetapi apakah Dr. Zakir benar-benar membuat pernyataan itu atau ada orang yang ingin memfitnah?.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah penulisan huruf Arab latin untuk kalimat "Jika Allah Menghendaki" itu INSYAA ALLAH atau INSHAA ALLAH atau IN SYAA ALLAH atau IN SHAA ALLAH".
Dalam penulisan huruf Arab ke Latin memang untuk beberapa daerah atau negara atau manusia bisa jadi berbeda, anda bisa lihat pada gambar dibawah bahwa penulisan (yang dilingkari merah) berbeda. Yang satu memakai kata "SHIN" yang satu memakai kata "SYIN"
Nah yang dipermasalahkan sekarang adalah banyaknya postingan di internet tentang cara penulisan Latin "Jika Allah menghendaki" yang mengatasnamakan Dr Zakir Naik. Misalnya :
Atas hal tersebut maka muncul klarifikasi dari Dr. Zakir fans sebagai berikut :
Lalu bagaimana kita harus menyikapinya?
Berhubung Wahyu Al-Quran
turun dalam bahasa Arab maka muncul juga pemikiran di beberapa
kalangan. Pemikiran itu antara lain apakah wahyu Tuhan itu hanya
sebatas makna atau makna dan lafadz Arabnya. Para imam pun berbeda
pendapat soal hal ini. Imam Hanafi menganggap bahwa “makna” lebih
bersifat wahyu, sedangkan imam Syafi'i menganggap wahyu merupakan
“makna dan lafadz Arabnya”.
Mungkin pendapat Imam
Hanafi lebih bisa dipakai sebagai jawaban bahwa Wahyu adalah “makna”
tak mencakup lafadz, mengapa?. Karena di dalam Al-Quran terdapat
banyak kisah-kisah nabi Allah sebelumnya dari jaman Nabi Ibrahim,
Musa dan Isa. Sebagian cerita tersebut tentu dilafadzkan dalam bahasa
kitab suci sebelumnya sebelum turun Al-Quran dimana bukan bahasa
Arab. Dan secara makna kisah-kisah tersebut diulang lagi di dalam
Al-Quran. Selain itu bahasa Arab juga mengalami perkembangan dalam
penulisan, dari yang semula memakai tulisan sederhana menjadi tulisan
yang dipakai sekarang.
Tetapi meski demikian
bukan berarti kita mengesampingkan bahasa dan tulisan Arabnya
(terutama lafadznya). Hal ini penting untuk menjaga keaslian lafadz
karena hal ini berguna dalam menterjemahkannya (mencari pemahaman
yang tepat). Apalagi lafadz Al-Quran bagian dari bacaan Shalat yang
memang tidak boleh diganti bahasa lain. Karena lafadz bukan bagian dari
budaya Arab. Karena secara bahasa, bahasa Arab dan bahasa Al-Quran
tidaklah sama. Itulah mengapa dalam percakapan sehari-hari banyak
ditemui ketidaksamaan diantara keduanya. Al-Quran dari segi tulisan
tetap saja penuh dengan mukjizat BACA DISINI
Berhubung penulis (saya) tidak ahli bahasa Arab maka saya copykan pendapat dari ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com) dimana menurut ku sangat sesuai dengan pemikiran ku
Dalam bahasa arab, kata “insyaa Allah” ditulis dengan
Ø¥ِÙ†ْ
Ø´َاءَ
اللَّÙ‡ُ
Ø¥ِÙ†ْ
Ø´َاءَ
اللَّÙ‡ُ
Yang artinya, ‘jika Allah menghendaki’
Ada 3 kata dalam kalimat ini,
a. Kata [Ø¥ِÙ†ْ], artinya jika. Dalam bahasa arab disebut harfu syartin
jazim (huruf syarat yang menyebabkan kata kerja syarat menjadi jazm)
b. Kata [Ø´َاءَ], artinya menghendaki. Dia fiil madhi (kata kerja
bentuk lampau), sebagai fiil syarat (kata kerja syarat) yang
berkedudukan majzum.
c. Kata [اللَّÙ‡ُ], sebagai subjek dari fiil syart.
Memahami susunan di atas, berarti kalimat [Ø¥ِÙ†ْ Ø´َاءَ اللَّÙ‡ُ] adalah
kalimat syarat, yang di sana membutuhkan jawab syarat. Namun di sana,
jawab syaratnya tidak disebutkan, karena disesuaikan dengan konteks
kalimat.
Sebagai contoh, jika konteks pembicaraan anda adalah berangkat ke
kota Jogja, maka kalimat lengkapnya adalah: ’jika Allah menghendaki maka
saya akan berangkat ke jogja.’
Kalimat ’maka saya akan berangkat ke jogja’ merupakan jawab syarat tersebut.
Bagaimana Cara Penulisan yang Benar?
Kalimat insyaa Allah berasal dari bahasa arab. Dan karena sering
digunakan oleh masyarakat tanpa diterjemahkan, kalimat ini menjadi
bagian dari bahasa kita. Mengingat huruf bahasa Indonesia dan huruf
bahasa arab berbeda, masyarakat akan sangat kerepotan jika harus
menuliskan kalimat ini dengan teks arabnya. Sehingga kita perlu
melakukan transliterasi untuk menuliskan kata ini dengan huruf latin.
Karena itu, sebenarnya mengenai bagaimana transliterasi tulisan [Ø¥ِÙ†ْ
Ø´َاءَ اللَّÙ‡ُ] yang tepat, ini kembali kepada aturan baku masalah
infiltrasi kata dan bahasa.
Bagi sebagian orang, baku itu bukan suatu keharusan. Yang penting
masyarakat bisa memahami. Misalnya kata ‘Allah’, yang benar ditulis
Allah, Alloh, ALLAH, atau bagaimana. Bagi sebagian orang, ini kembali
kepada selera penulisnya.
Sebagai catatan, transliterasi kalimat bahasa asing, dibuat untuk
membantu pengucapan kalimat asing itu dengan benar. Anda bisa
bandingkan, transliterasi teks arab untuk masyarakat berbahasa inggris
dengan transliterasi teks arab untuk orang Indonesia. Karena semacam ini
disesuaikan dengan fungsinya, yaitu untuk membantu pengucapan kalimat
arab tersebut dengan benar.
Dengan demikian, sebenarnya transliterari tidak bisa dijadikan acuan
benar dan salahnya tulisan. Karena tidak ada aturan yang disepakati di
sana. Semua kembali kepada selera penulis. Yang lebih penting adalah
bagaimana cara pengucapannya yang tepat, sehingga tidak mengubah makna.
Tulisan arabnya
[Ø¥ِÙ†ْ Ø´َاءَ اللَّÙ‡ُ],
Anda bisa menuliskan latinnya dengan insyaaAllah atau insyaa Allah
atau inshaaAllah atau inshaa Allah atau insyaallah. Tidak ada yang baku
di sini, karena ini semua transliterasi. Yang penting anda bisa
mengucapkannya dengan benar, sesuai teks arabnya.
Karena itu, sejatinya tidak ada yang perlu dipermasalahkan dalam
penulisan transliterasi semacam ini. Selama cara pengucapan dan makna
yang dimaksud sama.
Allahu a’lam..